Blogger Template by Blogcrowds

Ini saya copy paste dari milis sebelah hehe...
semoga bermanfaat..
WASPADA ONLINE

Cahyo Pramono
Pengamat & Praktisi Manajemen

SORE hari terasa lezat jika disisipi beberapa potong pisang goreng dan
teh manis hangat. Setelah lelah berdiri beberapa jam menyampaikan
materi pelatihan, laju mobil saya bergerak ke warung gorengan yang
tidak jauh dari komplek perhotelan mentereng di negeri ini.

Kaca mata bisnis saya selalu saja senang memperhatikan geliat
orang-orang yang berani menolong diri sendiri dan keluarganya melalui
usaha halal dalam bentuk apa pun. Melihat warung ini, saya mencoba
mengkalkulasikan kira-kira berapa besar nilai bisnisnya. Bagaimana
pengelolaannya, bagaimana pemasarannya, teknik jual si pelayan dan
berbagai hal-hal teoritis lainnya.

Seorang paruh baya menyodorkan sepiring pisang goreng ke hadapan saya
sambil tersenyum ramah dan berbasa-basi mempersilakan mencicipinya
sekaligus menanyakan minuman apa yang saya minati. Pemilik wajah yang
begitu teduh dan damai itu bernama Sudiro yang akhirnya saya tahu
bahwa panggilan akrabnya Wak Diro.

Menikmati pisang goreng terasa lebih hangat dengan obrolan ringan
bersama Wak Diro. Dalam guyonan yang mengalir saya tahu ternyata Wak
Diro adalah perantau asal Kudus yang sudah 16 tahun menjual gorengan
pisang. Dalam satu hari dia bisa menghabiskan satu tandan besar dan
hasil penjualannya bisa menyekolahkan ke empat anaknya hingga menjadi
sarjana. Wak Diro rupanya jebolan fakultas teknik universitas negeri
tertua di Yogyakarta, walau ia hanya bisa sampai semester lima.

Kenapa tidak bisnis yang lain Wak? Atau menjadi pegawai negeri? Tanya
saya menyelidik. Belum sempat menjawab pertanyaan saya, ia menggukkan
badan tanda permisi kepada saya karena datang satu mobil Kijang Inova
baru yang mendekat. Ternyata mobil itu dikemudikan oleh istrinya yang
mengantarkan sesuatu.

Fikiran saya berputar tak tentu. Tanpa sadar saya sedang menakar
kantong orang tua ini. "Seorang penjual pisang goreng mampu
menguliahkan keempat anaknya hingga sarjana dan kini didepan mata
saya, si isteri datang dengan mobil baru yang tidak murah harganya".

Bukan cari uang
Sekali lagi saya jarah lagi semua sudut warung kecil itu. Penataan
dagangan lumayan menarik, tetapi tidak istimewa. Kualitas produknya
berupa gorengan juga terasa sama seperti pisang goreng ditempat lain.
Atmosfir warung juga sama seperti warung-warung lain, walau yang ini
terlihat lebih bersih dan terjaga.

Sarana promosi sangat sederhana, hanya tulisan Pisang Goreng Panas
yang ditulis tangan dengan kuas biasa. Daftar harga tercetak di
selembar kertas terlaminasi yang ditempel di dinding sebelah kiri. Ada
dua orang pegawai yang membantu menggoreng, membuat minuman dan
melayani pelanggan sekaligus. Tetapi jumlah pembelinya silih berganti,
tidak sederas air pancuran, tetapi datang satu-satu seperti tiada
henti.

Tak lama kemudian istri Wak Diro pergi, kata Wak Diro, isterinya harus
mengantar beberapa kertas tisu ke lima cabangnya yang lain. Dan
informasi itu membuat saya memilih untuk bertahan lebih lama demi
mengetahui apa rahasia sukses bisnis ini.

Setelah melewati beberapa basa-basi, lalu ia bertanya kepada saya:
"Mas, sampean apa percaya sama Gusti Allah?". Sebuah pertanyaan yang
sulit untuk dijawab, karena saya tidak bisa memperkirakan kemana arah
pemikirannya.

Lalu tanpa menunggu jawaban saya, Wak Diro menjelaskan dalam delapan
tahun terakhir dia tidak lagi mencari uang semata, tapi mencari Tuhan.
"Uang bagi saya hanyalah sekadar bonus atas pencarian dan pengabdian
saya ke Gusti Allah".

Seperti pengakuan kebanyakan manusia, dia meyakini hanya Tuhan yang
sanggup mengarahkan dirinya kepada kondisi apa pun."Mas, saya bukan
jualan pisang goreng lho," aku Wak Diro, "Saya ini sedang membantu
orang-orang agar bisa beribadah dengan baik". "Wow...fikir saya,
apakah penjual pisang goreng ini masih waras?

"Saya ini senang membantu banyak orang dengan mengganjal perutnya agar
ibadah shalat Ashar dan Maghribnya berjalan dengan baik, karena jam
makan malam biasanya setelah Isya," terang Wak Dirno. Saya mulai
memahami apa maksud kalimat Wak Diro sebelumnya. "Uang bagi saya
hanyalah sekadar bonus atas pencarian dan pengabdian saya ke Gusti
Allah".

Kini saya faham, mengapa dia begitu ramah menyambut tamu-tamunya,
kualitas gorengan tetap terjaga baik ukuran maupun takarannya dan
ruangan kedai ini tetap terjaga kebersihannya. Jelas bukan karena
sekadar mencari uang, tetapi Wak Dirno sedang beribadah. Mencari
keridhaan Tuhan. Seperti dijanjikan Allah ketika kita bersyukur, maka
nikmat itu terus bertambah dan mengalir lancar.

Saya benar-benar terbayang betapa saya dan banyak sahabat saya yang
kerja mati-matian siang -malam hanya sekadar mencari uang. Bayangan
itu begitu asam terasa setelah mendengar pengakuan Wak Dirno itu.
Betapa Wak Dirno sudah menemukan kunci dasar sukses bisnis. Dia tidak
sekadar menjual jajanan, dia muncul dengan alasan yang lebih mulia.
Pisang goreng hanya media mendapatkan ridha Sang Khalik. Semua bentuk
kerja dan bisnis dikerjakannya dengan menghadirkan batin, tulus dan
ikhlas.

Khawatir
"Bagian saya adalah mempermudah ibadah orang lain, bagian Gusti Allah
menjaga saya mas, saya hanya pasrah dan memohon agar selalu dituntun
Gusti Allah," aku Wak Dirno. "Apa pun langkah saya, saya percaya Gusti
Allah akan menyelamatkan saya. Jika saya dibawa ke kubangan kebo
sekali pun, saya tetap percaya kalau itu adalah kehendak Gusti Allah
dengan maksud tertentu agar saya mendapatkan hikmah atas perjalanan
itu".

Menyelesaikan pisang terakhir, saya bertanya" "Wak, apakah sampean
tidak khawatir dengan kenaikan BBM?" dengan ringan Wak Dirno menjawab,
"Lha wong, saya sudah serahkan hidup saya ke Gusti Allah, kok mesti
khawatir?" Sambil mengulurkan uang kembalian ke saya, dia berujar:
"Saya kan cuma kawulo, apakah pantes kalau saya ikut campur tangan
ngatur kerjaan Kanjeng Gusti?"(wns)

Konsultasi & Pelatihan;
tj@cahyopramono. com

IZa wrote " segala sesuatu tergantung dari niatnya :-)"

Regards,
Iza

1 comments:

Wah Wak diro, kita sama2 orang KUDUS oey, bisa mencerminkan seluruh masyarakat KUDUS nih hehe..(sombong nih ye...)
Sungguh mulia hati Wak diro ya..
Patut kita contoh niat baiknya Wak diro :-)

29 May 2008 at 11:46  

Newer Post Older Post Home