Blogger Template by Blogcrowds



Penyakit Kaki Tangan dan Mulut (KTM), adalah penyakit yang biasa mengenai bayi dan anak. Ia disebabkan oleh virus yang termasuk dalam kelompok Enterovirus-71 non-polio, diantaranya Enterovirus-71, Coxsackie A16 dan Echovirus. Dari aspek sejarah perkembangan penyakit, Public Health Aspects, penyakit ini pernah berjangkit di negara Asia, dan yang pertama kali dijangkiti adalah Taiwan tahun 1997. kemudian Serawak, Malaysia tahun 1998, Singapura tahun 2000. Sementara Indonesia juga pernah didatangi virus ini tahun 2000, yaitu di Batam, Jakarta dan sekitarnya.

Belum lama ini masyarakat dunia pada umumnya dan Indonesia pada khususnya diresahkan dengan munculnya kembali penyakit tersebut. Hingga 9 Mei 2007,virus ini bikin heboh di China karena telah menginfeksi 11.905 anak-anak dan memakan 26 korban jiwa. Bu Menkes pernah mengakui EV71 sudah masuk di Indonesia namun jumlah penderita sangat kecil dan masih dugaan.

Dari pengakuan Bu Menkes tersebut dengan demikian dapat diambil suatu statement bahwa EV71 telah tersebar di Indonesia. LANTAS BAGAIMANA PENYEBARAN EV-71 KE INDONESIA? APAKAH ITU SEBUAH AKSI TERRORISME DARI ”NEGARA TETANGGA” DENGAN STRATEGI PERANG SENJATA BIOLOGIS?

Sebenarnya istilah aksi terrorisme dengan Perang Senjata Biologis sudah ada sejak jaman nenek moyang kita, misalnya:

- Teroris Jepang dari kelompok Aum Shinrikyo (Supreme Truth) telah menyerang stasiun Kasumigaseki. Penyerangan kelompok teroris tersebut menggunakan senjata kimia racun syaraf (Nerve Agent Sarin) jenis sarin, dan telah melukai lebih dari 5000 orang

- Tahun 1993, ledakan di Gedung World Trade Center tidak saja menggunakan bahan peledak, juga racun sianida namun racun tersebut ikut terbakar bersama bahan peledak.

- Mei 1995, Larry Wayne Harris salah satu anggota dari kelompok The White Supremicist Organization Aryan Nation telah terbukti menyimpan dan mengembangkan micro orga-nisme bakteri bubonic plague sebanyak 40 Kg.

Macam Senjata Biologis

Penggunaan senjata biologi, sesuai klasifikasi sasarannya dan tujuan penggunaannya dapat di-kategorikan sebagai senjata biologi Anti Personil, Anti Hewan dan Tanaman serta Anti Material. Senjata biologi yang dijadikan sebagai isian terutama menggunakan Mikroorganisme, namun untuk kepentingan sabotase dan strategi lainnya dan bisa pula menggunakan Makro-organisme, antara lain untuk menyerang pusat-pusat logistik dan daerah pertanian.

Penggolongan senjata biologi secara garis besar yang dapat digunakan untuk kepentingan militer maupun terorisme adalah :Virus, Ricketsia, Protozoa, Fungi dan Bakteria.

Cara Penyebaran senjata biologis

Untuk kepentingan perang penggunaan senjata biologi dapat di lontarkan dengan menggunakan senjata Rocket Launcher dengan munisi dan isian agensia biologi dengan low explosives, Arteleri, ranjau darat anti personil dengan low explosives. Penyebaran menggunakan sprayer dengan pesawat terbang, yang paling sederhana adalah dibawa oleh manusia untuk dikontaminasikan ke tempat/objek-objek vital anta-ra lain pusat-pusat pemukiman, perbelanjaan, sumber air minum dan instalasi logistik/pergudangan.

Nah, agensia biologis yang digunakan pada penyebaran penyakit Kaki Tangan dan Mulut adalah virus “enterovirus 71” ataupun jenis yang lain yang masih dalam satu famili. Virus ini merupakan virus RNA yang masuk dalam famili Picornaviridae (Pico, Spanyol = kecil), Genus Enterovirus (non Polio). Genus yang lain adalah Rhinovirus, Cardiovirus, Apthovirus. Didalam Genus enterovirus terdiri dari Human enterovirus A (HEV-A) yaitu (virus coxackie A dan enterovirus-71), HEV B (virus Coxackie B, echovirus coxackie A9, dan enterovirus 69 dan 73), HEV C (Coxackie A), HEV D ( enterovirus 68 dan 70) serta enterovirus hewan (bovin, simian, dan enterovirus porsin).

Keamanan dan Kestabilan Indonesia

Indonesia telah menjadi negara pihak pada Konvensi Senjata Biologi melalui Kepres Nomor 58 tahun 1991 tentang pelarangan penggunaan senjata biologi. Namun disisi lain diperkirakan terdapat beberapa bahkan banyak negara di dunia yang mempunyai potensi dan berkemampuan untuk memproduksi bahan-bahan untuk senjata biologi, oleh karenanya diperlukan suatu protokol tentang sistem verifikasi Konvensi Senjata Biologi yang hingga kini belum terwujud.

Ada kemungkinan tujuan Negara tetangga yang menyebarkan virus ini adalah untuk menjual antivirus yang telah dibuat oleh Negara itu sendiri. Jadi Negara itu sendiri yang menciptakan virus kemudian menyebarkannya ke berbagai penjuru dunia dan virusnya buat penelitian serta pada akhirnya antivirusnya akan laku.

Dengan kondisi keamanan dalam negeri dan keamanan global yang tidak menentu dan sulit diramalkan serta pengendalian terhadap penyalahgunaan agensia biologi seperti akhirpakhir ini, maka sudah seharusnya Indonesia pun dapat mengantisipasi dan mempersiapkan diri bila terjadi aksi terorisme yang menggunakan senjata biologi maupun kimia. Korban yang diakibatkan oleh aksi terorisme bukan hanya pihak militer namun lebih banyak pihak masyarakat sipil.

Akan tetapi, bagaimanapun juga munculnya virus itu di Indonesia adalah sudah jadi kehendak ALLAH SWT, kita sebagai manusia hanya bisa berusaha mencegah dan menanggulanginya.

Bagaimana Cara pencegahan dan penanggulangannya? Berikut ini akan dijelaskan tentang penyakit-penyakit enterovirus, dan bla-bla-bla. Let’s check it out...

Hand-Foot-Mouth Disease (HFMD) atau Penyakit Kaki Tangan dan Mulut
EPIDEMIOLOGI:
Penyakit ini sangat menular dan sering terjadi dalam musim panas. KTM adalah penyakit umum pada kelompok masyarakat yang biasanya menyerang anak-anak usia 2 minggu sampai 5 tahun ( kadang sampai 10 tahun ). Orang dewasa umumnya kebal terhadap enterovirus.

Penularannya melalui kontak langsung dari orang ke orang yaitu melalui droplet, pilek, air liur (oro-oro), tinja, cairan dari vesikel atau ekskreta. Penularan kontak tidak langsung melalui barang, handuk, baju, peralatan makanan, dan mainan yang terkontaminasi oleh sekresi itu.

GEJALA:
Mula-mula demam tidak tinggi 2-3 hari, diikuti sakit leher (pharingitis), tidak ada nafsu makan, pilek, gejala seperti flu pada umumnya yang tak mematikan. Timbul vesikel yang kemudian pecah, ada 3-10 ulcus dumulut seperti sariawan (lidah, gusi, pipi sebelah dalam) terasa nyeri sehingga sukar untuk menelan.
Bersamaan dengan itu timbul rash/ruam atau vesikel (lepuh kemerahan/blister yang kecil dan rata), papulovesikel yang tidak gatal ditelapak tangan dan kaki.
Kadang-kadang rash/ruam (makulopapel) ada dibokong.

Penyakit ini membaik sendiri dalam 7-10 hari.Bila ada muntah, diare atau dehidrasi dan lemah atau komplikasi lain maka penderita tersebut harus dirawat. Pada bayi/anak-anak muda yang timbul gejala berat, harus dirujuk kerumah sakit sebagai berikut :
o Hiperpireksia ( suhu lebih dari 39 der. C).
o Demam tidak turun-turun
o Tachicardia (Denyut jantung cepat).
o Tachypneu (Ritme Nafas cepat)
o Malas makan, muntah atau diare dengan dehidrasi.
o Lethargi
o Nyeri pada leher,lengan dan kaki.
o Serta kejang-kejang.

Komplikasi penyakit ini adalah :
o Meningitis (aseptic meningitis, meningitis serosa/non bakterial)
o Encephalitis ( bulbar )
o Myocarditis (Coxsackie Virus Carditis) atau pericarditis
o Paralisis akut flaksid (?Polio-like illness? )

Satu kelompok dengan penyakit ini adalah :

1. Vesicular stomatitis dengan exanthem (KTM) - Cox A 16, EV 71

2. Vesicular Pharyngitis (Herpangina) - EV 70

3. Acute Lymphonodular Pharyngitis - Cox A 10

Diagnosa Laboratorium adalah sebagai berikut :
1. Deteksi Virus :
o Immuno histochemistry (in situ)
o Imunofluoresensi antibodi (indirek)
o Isolasi dan identifikasi virus.
Pada sel Vero ; RD ; L20B
Uji netralisasi terhadap intersekting pools
Antisera (SCHMIDT pools) atau EV-71 (Nagoya) antiserum.
2. Deteksi RNA :
RT-PCR
Primer : 5-CTACTTTGGGTGTCCGTGTT-3
5-GGGAACTTCGATTACCATCC-3
Partial DNA sekuensing (PCR Product)
3. Serodiagnosis :
Serokonversi paired sera dengan uji serum netralisasi terhadap virus EV-71 (BrCr, Nagoya) pada sel Vero.
Uji ELISA sedang dikembangkan.
Sebenarnya secara klinis sudah cukup untuk mendiagnosis KTM, hanya kita dapat mengatahui apakah penyebabnya Coxsackie A-16 atau Enterovirus 71.

TATALAKSANA :
o Istirahat yang cukup
o Pengobatan spesifik tidak ada.
o Dapat diberikan : Immunoglobulin IV (IGIV), pada pasien imunokompromis atau neonatus, Extracorporeal membrane oxygenation.
o Pengobatan simptomatik :
Antiseptik didaerah mulut
Analgesik misal parasetamol
Cairan cukup untuk dehidrasi yang disebabkan sulit minum dan karena demam
Pengobatan suportif lainnya ( gizi dll )
Penyakit ini adalah self limiting diseases ( berobat jalan ) yang sembuh dalam 7-10 hari, pasien perlu istirahat karena daya tahan tubuh menurun. Pasien yang dirawat adalah yang dengan gejala berat dan komplikasi tersebut diatas.

PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN PENYAKIT:
Penyakit ini sering terjadi pada masyarakat dengan sanitasi yang kurang baik. Pencegahan penyakit adalah dengan menghilangkan Overcrowding, kebersihan (Higiene dan Sanitasi) Lingkungan dan perorangan misal cuci tangan, desinfeksi peralatan makanan, mainan, handuk yang memungkinkan terkontaminasi.
Bila perlu anak tidak bersekolah selama satu minggu setelah timbul rash sampai panas hilang. Pasien sebenarnya tak perlu diasingkan karena ekskresi virus tetap berlangsung beberapa minggu setelah gejala hilang, yang penting menjaga kebersihan perorangan.
Di Rumah sakit: Universal Precaution harus dilaksanakan.
Penyakit ini belum dapat dicegah dengan vaksin (Imunisasi)

UPAYA PEMERINTAH DALAM HAL INI :
-
Meningkatkan survailans epidemiologi (perlu definisi klinik)
- Memberikan penyuluhan tentang cara-cara penularan dan pencegahan KTM untuk memotong rantai penularan.
- Memberikan penyuluhan tentang tamda-tanda dan gejala KTM
- Menjaga kebersihan perorangan.
- Bila anak tidak dirawat, harus istirahat di rumah karena daya tahan tubuh menurun dan agar tidak menularkan kebalita lainnya.
- Menyiapkan sarana kesehatan tentang tatalaksana KTM termasuk pelaksanaan Universal Precautionnya.


Informasi ini saya ambil juga dari berbagai sumber. Semoga bermanfaat

Regards,

IZA

0 comments:

Newer Post Older Post Home